Selasa, 31 Januari 2012

Badai Matahari dan Dunia Tanpa Internet


Ditengah maraknya isu kiamat yang diramal suku Maya akan terjadi tanggal 21 Desember 2012, sudah cukup meresahkan. Kini berkembang pula analisa tentang kemungkinan terjadinya tsunami Matahari atau disebut juga badai Matahari pada tahun 2012. Isu tersebut makin meresahkan plus merisaukan masyarakat. Sebagai ummat beragama, tentu semua isu itu sepenuhnya berada dalam kekuasaan Sang Khalik. Kalau Dia berkehendak, maka semuanya dapat terjadi. Sebagai manusia biasa, kita wajib berikhtiar dan belajar. Kita hendaknya tidak berpasrah diri terhadap isu tersebut, tetapi harus mempelajari apa sesungguhnya yang sedang dan akan terjadi di alam semesta ini.
Ada banyak kesalahpahaman tentang fenomena alam badai matahari ini. Untuk yang tidak mengerti, badai matahari sering dianggap sebagai peristiwa luar biasa yang sangat langka. Padahal tidak demikian adanya.
Matahari mengalami siklus rata-rata 11 tahunan (antara 9-14 tahun) yang dimulai dari periode aktifitas rendah, yang disebut Solar Minimum, sampai periode dimana aktifitasnya meningkat, yang disebut Solar Maksimum. Solar maksimum terakhir terjadi pada tahun 2000.
Dengan demikian,
badai matahari sesungguhnya bukan peristiwa aneh yang langka. Fenomena ini adalah bagian yang normal dari siklus kehidupan matahari. 
Selama periode solar maksimum, muncul Bintik Matahari (sunspot), yaitu titik gelap di permukaan matahari yang disebabkan oleh garis medan magnet yang menerobos permukaan matahari.
Karena matahari bukan objek padat seperti bumi, bagian-bagian yang berbeda dari matahari berotasi dengan kecepatan yang berbeda juga. Ini akan menyebabkan garis bidang magnetiknya menjadi kacau balau hingga menyebabkan terbentuknya Solar Flare (Lidah api matahari) yang kadang disertai dengan Coronal Mass Ejection (CME).
Peristiwa inilah yang sering disebut dengan istilah Solar Storm atau Badai Matahari.

Jika CME tersebut bergerak menuju bumi, partikel yang dibawanya akan menghantam magnetosphere bumi yang kemudian akan menciptakan aurora. 




Meskipun terdengar begitu chaos, sesungguhnya manusia dan makhluk hidup lainnya dilindungi dengan aman di bumi. Pada saat terjadinya badai-badai matahari sebelumnya, makhluk hidup di bumi sama sekali tidak terpengaruh. Namun, teknologi yang kita miliki memang rentan terhadap fenomena ini.
Sama seperti yang terjadi pada tahun 1859, atau tahun ketika Quebec, Swedia dan Afrika Selatan dibuat blackout, badai matahari yang akan datang bisa merontokkan sistem komunikasi kita.
Mengingat sangat tergantungnya infrastruktur kita terhadap jaringan telekomunikasi, maka peristiwa lumpuhnya telekomunikasi mungkin akan membawa kelumpuhan pada sistem lainnya, seperti keuangan dan transportasi.
Sebuah semburan badai matahari yang kuat bisa membawa kerusakan dengan mengintervensi sumber listrik dan jalur komunikasi kita. Ini akan menyebabkan sistem menjadi overload dan akhirnya mengalami kerusakan.
Menurut salah satu laporan yang dikeluarkan oleh National Academy of Science Amerika Serikat, saat badai itu terjadi, sekitar 300 pembangkit listrik di Amerika bisa lumpuh hanya dalam tempo 90 menit dan memutuskan persediaan listrik untuk 130 juta penduduk.
Setelah jaringan listrik terputus, persediaan air pun akan ikut terputus. Tanpa adanya listrik dan persediaan air, maka perekonomian akan menjadi lumpuh. Tidak ada aktifitas perkantoran dan transportasi seperti pesawat terbang atau kereta. Bahkan fasilitas vital seperti markas militer atau rumah sakit juga akan ikut lumpuh. Dengan kata lain Chaos!
Tetapi, itu adalah skenario terburuknya.
Kabar baiknya adalah, manusia telah belajar dari masa lalu.
NASA dan badan antariksa negara-negara lain di dunia telah mengetahui dengan jelas kalau solar flare bisa melumpuhkan sistem satelit. Karena itu sejak lama, NASA telah mengirim beberapa wahana untuk mengawasi aktifitas matahari. Saat ini, wahana-wahana tersebut, seperti ACE atau SOHO, masih rajin mengawasi perubahan-perubahan aktifitas yang terjadi pada matahari.


Membaca penjelasan tersebut, bergidik juga bulu roma kita. Mengerikan bila badai Matahari benar-benar terjadi. Barangkali prosesnya seperti dinosaurus dimusnahkan dari muka bumi, atau seperti proses hilangnya kota atlantis. Kalaupun kita masih hidup setelah dilanda badai Matahari, kehidupan manusia akan kembali seperti zaman pra-sejarah. Hidup di gua-gua, tanpa listrik dan tanpa alat komunikasi, hanya menggunakan peralatan batu untuk bertahan hidup. Benarkah ini?
Hasil penelitian dan lompatan teknologi yang sudah pernah dicapai, sangat mungkin ikut musnah bersama gelombang panas yang menyertai badai Matahari. Handphone, telepon, internet dan media jejaring sosial yang selama ini telah menghubungkan manusia dengan manusia lain di muka bumi ini, sangat mungkin ikut hancur pula bersama terganggunya sistem kelistrikan dan sistem komunikasi.
Bagaimana membayangkan dunia tanpa listrik dan komunikasi? Hilangkah tulisan-tulisan dan informasi yang telah kita simpan di email, website, atau di media jejaring sosial? Dengan cara apa menyimpan informasi, formula-formula keilmuan dan teknologi kepada mereka yang selamat dari badai Matahari ini? Haruskah informasi itu ditulis di batu, prasasti, buku tahan api atau lempengan logam tahan panas?
Pertanyaan-pertanyaan itu yang perlu diperhatikan dan dicermati oleh semua pihak dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk pasca badai Matahari yang diperkirakan ilmuan akan terjadi. Kalaupun nantinya kita, atau para ilmuan tidak selamat dalam menghadapi badai Matahari itu, sekurang-kurangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mampu kita capai harus dapat diwariskan kepada generasi yang selamat dari badai itu.
Mudah-mudahan kemungkinan ini mendapat perhatian semua orang. Manusia hendaknya tidak terpaku kepada kekhawatiran dan ketakutan akan dampak badai Matahari. Tubuh boleh mati dan punah, tetapi ilmu dan hasil karya hendaknya dapat dipelajari oleh orang lain. 

Walaupun banyak penelitian yang menyebutkan bahwa badai matahari 2012 ini tidak akan membawa dampak yang terlalu buruk, namun kita tetap  harus wapada dan berhati-hati.


Sumber : Berbagai sumber



Artikel Terkait :