6/17/2012 06:37:00 PM
Unknown
Comments
“Seorang
mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna
hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih.
Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi
hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat, “Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati
mereka.” (HR. Tarmidzi)
Tahukah
Anda sekalian apa akibat yang menimpa diri kita jika kita melakukan maksiat?
Ibnu Qayyim Al-Juziah telah meneliti tentang hal ini. Menurutnya, ada 22 akibat
yang akan menimpa diri kita.
1.
Maksiat akan
menghalangi diri kita untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
Ilmu
adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Tapi ketahuilah, kemaksiatan
dalam hati kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya itu. Suatu ketika imam
Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi’I yang luar biasa. Imam
Malik berkata, “Aku melihat Allah telah menyiratkan dan memberikan cahaya di
hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.”
2.
Maksiat akan
menghalangi rezeki
Jika
ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkan ketakwaan berarti
menimbulkan kekafiran. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seorang hamba pernah
dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad). Kita harus
meyakini bahwa takwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rezeki dan
memudahkan rezeki kita. Jika saat ini kita merasakan betapa sulitnya
mendapatkan rezeki Allah, maka tinggalkan kemaksiatan! Jangan kita penuhi jiwa
kita dengan debu-debu maksiat.
3.
Maksiat membuat
kita berjarak dengan Allah
Diriwayatkan
ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian
jiwanya. Sang arif berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka
tinggalkanlah perbuatan dosa itu. Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih
pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa.”
4.
Kita akan punya
jarak dengan orang-orang baik
Semakin
banyak dan semakin berat maksiat yang kita lakukan, akan esemakn jauh pula
jarak kita dengan orang-orang baik. Sungguh jiwa kita akan kesepian. Sunyi. Dan
jiwa kita gersang tanpa sentuhan orang-orang baik itu, akan berdampak pada
hubungan kita dengan keluarga, istri, anak-anak, dan bahkan hati nuraninya
sendiri. Seorang salaf berkata, “Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka
aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang )kendaraan) dan istriku.”
5.
Maksiat membuat
sulit semua urusan kita
Jika
ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka kemaksiatan akan mempersulit
segala urusan pelakunya. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap
gulita. Ibnu Abbas ra. Berkata, “Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan
kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan.
Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka,
kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan
kebencian makhluk.” Jika kita gemar bermaksiat, semua urusan kita kan menjadi
sulit.
6.
Maksiat
melemahkan hati dan badan
Kekuatan
seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, maka kuatlah
badannya. Tapi pelaku maksiat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat
lemah. Tidak ada kekuatan dalam dirinya. Lihatlah bagaimana menyatunya kekuatan
fisik dan hati kaum muslimin pada diri generasi pertama. Para sahabat berhasil
mengalahkan kekuatan fisik tentara bangsa Persia dan Romawi padahal para
sahabat berperang dalam keadaan berpuasa!
7.
Terhalang untuk
taat
Orang
yang melakukan dosa dan maksiat cenderung untuk tidak taat. Orang yang berbuat
maksiat seperti orang yang satu kali makan, tetapi mengalami sakit
berkepanjangan. Sakit itu menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih
baik. Begitulah.
8.
Maksiat
memperpendek umur dan menghapus keberkahan
Jika
usia kita saat ini 40 tahun. Tiga per empatnya kita isi dengan maksiat. Dlam
kacamata iman, usia kita tak lebih hanya 10 tahun saja. Yang 30 tahun adalah
kesia-siaan dan tidak member berkah sedikitpun. Inilah maksud pendeknya umur
pelaku maksiat. Sementara, Imam Nawawi yang hanya diberi usia 30 tahun oleh
Allah swt. Usianya begitu panjang. Sebab, hidupnya meski pendek namun berkah.
Kitab Riyadush Shalihin dan Hadits Arbain yang ditulisnya memberinya keberkahan
dan usianya panjang, sebab dibaca oleh manusia dari generasi ke generasi hingga
saat ini dan yang akan datang.
9.
Maksiat
menumbuhkan maksiat lain
Seorang
ulama salaf berkata, jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut
akan mendorongnya untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika
seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan
keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi pelakunya.
10. Maksiat mematikan bisikan hati nurani
Maksiat
dapat melemahkan hati dari kebaikan. Dan sebalikny, akan menguatkan kehendak
untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan hati
untuk bertobat. Inilah yang menjadikan penyakit hati paling besar. Hati kita
menjadi liar mengikuti jejak maksiat ke maksiat yang lain.
11. Hati melihat maksiat begitu indah
Jika
orang sudah biasa berbuat maksiat, ia tidak lagi memandang perbuatan itu
sebagai sesuatu yang buruk. Tidak ada lagi rasa malu melakukannya. Bahkan,
dengan rasa bangga ia menceritakan kepada orang lain dengan detail semua
maksiat yang dilakukannya. Dia telah menganggap ringan dosa yang dilakukannya.
12. Menjadi para pewaris umat yang pernah diazab Allah
swt.
Homoseksual
adalah warisan umat Nabi Luth as. Mengurangi takaran adalah peninggalan kaum
Syu’aib as. Kesombongan di muka bumi dan menciptakan berbagai kerusakan adalah
milik Fir’aun dan kaumnya. Takabur dan congkak merupakan maksiat warisan kaum
Hud as. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk golongannya.”
13. Maksiat menimbulkan kehinaan
Kehinaan
itu tidal lain adalah akibat perbuatan maksiat kepada Allah sehingga Allah pun
menghinakannya. “Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun
yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Al
Hajj :18). Kemuliaan itu hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt., “Ya
Allah, anugerahilah aku kemuliaan melalui ketaatan kapada-Mu, dan janganlah
Engkau hina-hinakan aku karena aku bermaksiat kepada-Mu.”
14. Maksiat merusak akal kita
Ulama
salaf berkata, seandainya seseorang itu masih berakal sehat, akal sehatnya itu
akan mencegahnya dari kamaksiatan kepada Allah. Dia akan berada dalamgenggaman
Allah, sementara malaikat menyaksikan, dan nasihat Al-Qur’an pun mencegahnya,.
Tidaklah seseorang bermaksiat, kecuali akalnya telah hilang!
15. Maksiat menutup hati
Allah
berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutup hati mereka.” (Al Muthaffifiin : 14). Imam Hasan
mengatakan hal itu sebagai dosa yang berlapis dosa. Ketika dosa dan maksiat
telah menumpuk, maka hatinya pun telah tertutup.
16. Pelaku maksiat mendapat laknat Rasulullah saw.
Rasulullah
saw. melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah petunjuk jalan, padahal
petunjuk jalan itu sangat penting (HR. Bukharii); melakukan perbuatan
homoseksual; menyerupai laki-laki bagi wanita dan menyerupai wanita bagi
laki-laki; mengadakan praktik suap-menyuap (HR. Tirmidzi), dan sebagainya.
17. Maksiat menghalangi syafaat Rasulullah dan malaikat
Kecuali
bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada jalan yang lurus. Allah swt.
berfirman, “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka
berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan
masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka
dan ora-orang yang shalih di antara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan
keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Mha
Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan.”
18. Maksiat melenyapkan rasa malu
Padahal,
malu adalah pangkal kebajikan. Jika rasa malu telah hilang dari diri kita,
hilanglah seluruh kebajikan dari diri kita. Rasulullah bersabda, “Malu itu
merupakan kebaikan seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah
sesukamu.” (HR. Bukhari)
19. Maksiat adalah bentuk meremehkan Allah swt.
Jika
kita melakukan maksiat, disadari atau tidak, rasa untuk mengagungkan Allah
perlahan-lahan lenyap dari hati kita. Ketika kita bermaksiat, kita sadari atau
tidak, kita telah menganggap remeh adzb Allah. Kita mengacuhkan bahwa Allah
Maha Melihat segala perbuatan kita.
20. Maksiat memalingkan perhatian Allah atas diri kita
Allah
akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat maksiat berteman dengan setan.
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mareka
itulah orang-orang yang fasik.” (Al Hasyir : 19)
21. Maksiat melenyapkan nikmat dan mendatangkan azab
Allah
berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syura : 30). Ali ra. Berkata, “Tidaklah turun
bencana melainkan karena dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena
tobat.” Karena itu, bukanlah sekarang waktunya bagi kita untuk segera bertobat
dan berhenti dari segala maksiat yang kita lakukan?
22. Maksiat memalingkan diri kita dari sikap istiqamah
Kita
hidup di dunia ini sebenarnya bagaikan seorang pedagang. Dan pedagang yang
cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang sanggup membayar dengan
harga tinggi. Saudaraku, siapakah yang sanggup membeli diri kita dengan harga
tinggi selain Allah? Allah-lah yang mampu membeli diri kita dengan bayaran
kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjual dirinya dengan imbalan
kehidupan dunia, sungguh ia telah tertipu!
Sumber : Buletin Jum'at ZAKI