6/16/2012 10:50:00 AM
Unknown
Comments
Peristiwa
Isra’ Mi’raj. Pada saat itu Nabi Muhammad saw. diperjalankan oleh Allah dari
Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Al-Quds, lalu dilanjutkan dengan
menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh
ilmu semua makhluk, malaikat, manusia, dan jin. Semua itu ditempuh dalam sehari
semalam. Peristiwa itu sekaligus sebagai mukjizat mengagumkan yang diterima
Rasulullah saw.
Permintaan kamu kafir Quraisy kepada
Nabi saw.
Sebenarnya,
sebelum peristiwa itu terjadi, orang-orang kafir Quraisy pernah meminta kepada
Rasulullah untuk menunjukkan hal-hal yang aneh, karena mereka tidak percaya
kalau Muhammad saw. itu adalah nabi. Permintaan-permintaan itu mereka lontarkan
untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang nabi.
Hal
ini direkam oleh Allah dalam Al-Quran sebagai berikut : “Dan mereka berkata :
“Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari
bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu
alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan
langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakana atau kamu
datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu
mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas
kami sebuah kitab yang kami baca.” (QS. Bani Israil : 90-93)
Kalau
kita jabarkan dari ayat di atas, mereka meminta hal-hal ini kepada Rasulullah :
1.
Mereka
meminta untuk memancarkan mata air dari bumi. Mereka juga meminta sebuah kebun
kurma dan anggur, dengan air mengalir di bawahnya. Padahal di sekitar situ
sebagian besar padang pasir.
2.
Mereka
meminta untuk menjatuhkan langit. Mereka juga meminta menghadirka Allah beserta
malaikat-malaikatnya untuk dihadapkan kepada mereka. Sungguh suatu permintaan
yang lancing.
3.
Mereka
juga meminta sebuah rumah dari emas.
4.
Yang
terakhir, mereka meminta Nabi untuk naik ke langit tanpa membawa buku, lalu
harus kembali dengan membawa sebuah buku (kitab) untuk mereka baca.
Permintaan
mereka itu betul-betul “kebangetan”. Tetapi Rasulullah saw. menjawabnya dengan
bijaksana, “Maha Suci Tuhanku, bukankan aku ini hanya seorang manusia yang
menjadi rasul?” (QS. Bani Israil : 93). Allah Yang Maha Suci tentu Maha Kuasa
untuk melakukan semua itu, tetapi Rasulullah mengatakan bahwa dirinya hanyalah
seorang manusia biasa yang diangkat menjadi seorang rasul, sehingga tidak
mungkin melakukan semua itu. Kita bisa ambil pelajaran dari hal di atas.
Mungkin
sampai zaman kapan pun, kebenaran (baca:Islam) akan menghadapi hal-hal seperti
itu. Orang yang membawa kebenaran akan selalu menghadapi permintaan-permintaan
yang diluar kemampuan. Dan permintaan tersebut kebanyakan hanya sebagai
“olok-olok”. Karena, kalaupun kita bisa memenuhi permintaan itu, mereka
kebanyakan tetap tidak akan mendengar Islam ini. Hanya sedikit yang mau
mendengarnya. Sebagaimana halnya Rasulullah setelah mengalami peristiwa Isra’
Mi’raj, tidak banyak yang mempercayai perjalanannya tersebut, bahkan ada yang
mengatakan Nabi gila walaupun Nabi sudah memberikan bukti-bukti atas apa yang
telah dia alami (Isra’ Mi’raj).
Peringatan Isra’ Mi’raj sebagai motivasi
Kalau
kit abaca sejarah kehidupan Rasulullah saw. (Sirah Nabawiyah), sebelum
peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat
mendalam. Beliau ditinggal oleh istriny tercinta, Khadijah, yang setia menemani
dan menghiburnya dikala orang lain masih mencemoohnya. Lalu beliau juga
ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang (walaupun kafir) tetapi dia
sangat melindungi aktivitas Nabi. Sehingga orang-orang kafir Quraisy semakin
leluasa untuk melancarkan penyiksaannya kepada Nabi, sampai-sampai orang awam
Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas kepala Rasulullah saw.
Dalam
keadaan yang duka cita dan penuh dengan rintangan yang sangat berat itu,
menambah perasaan Rasulullah semakin berat dalam mengemban risalah Ilahi. Lalu
Allah “menghibur: Nabi dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit dan
menemui Allah. Hingga kini, peristiwa ini seringkali diperingati oleh sebagian
besar kaum muslimin dalam peringatan Isra’ Mi’raj.
Pada
dasarnya peringatan tersebut hanyalah untuk memotivasi dan penyemangat, bukan
dalam rangka beribadah (ibadah dalam artian ibadah ritual khusus). Namun
peringatan tersebut juga terdapat beberapa catatan. Apa saja itu? Mari kita
ikuti beberapa hal di bawah ini.
Dalam
Al-Quran, dari sekian ribu ayat di dalamnya, hanya ada 4 ayat yang menjelaskan
tentang Isra’ Mi’raj, yaitu QS. Bani Israil ayat 1, dan QS. An Najm ayat 13
sampai 15. Maksudnya, kebesaran Islam itu bukan terletak pada peristiwa Isra’
Mi’raj ini, tapi pada konsepnya, sistemnya, muatannya, dan sebagainya. Pada
surat An Najm ayat 13-15 itu, menggambarkan bahwa Rasulullah menemui Jibril
dalam bentuk aslinya di Sidratil Muntaha ketika Isra’ Mi’raj. Sebelumnya
Rasulullah juga pernah menjumpai Malaikat Jibril dalam bentuk asli ketika
menerima ayat pertama (QS. Al-Alaq : 1-5) dari Allah swt., yaitu ketika di Gua
Hira.
Dan
di antara 25 nabi, hanya 2 nabi yang pernah berbicara langsung kapada Allah,
yaitu Nabi Musa as. Dan Nabi Muhammad saw. Bagaimana dengan Nabi Adam? Bukankah
beliau juga pernah berdialog dengan Allah? Ya, tapi Nabi Adam ketika itu masih
di Surga. Setelah diturunkan ke bumi, tidak lagi berdialog secara langsung.
Nabi Musa berdialog dengan Allah secara langsung yaitu ketika di bukit Tursina
(di bumi), sedangkan Nabi Muhammad di Sidratil Muntaha (di langit).
Tetapi
(sekali lagi), kebesaran Islam bukan di situ letaknya, namun di konsepnya, di
muatannya. Oleh karena itulah, peristiwa Isra’ Mi’raj sendiri tidak perlu
secara berlebihan diangkat-angkat. Peristiwa itu sendiri merupakan mukjizat
imani, maksudnya adalah mukjizat yang hanya bisa diterima apabila kita beriman.
Meskipun
hanya Nabi Muhammad yang telah diperjalankan pada malam harinya (Isra’ Mi’raj),
tapi dia tetaplah manusia biasa, hamba Allah. Hal ini perlu ditegaskan, karena
dua umat sebelum Islam (Yahudi dan Kristen), telah terjebak men-Tuhankan
nabinya.
Mengapa Masjidil Aqsa?
Ada
beberapa pertanyaan mengenai peristiwa Isra’ Mi’raj. Salah satunya, mengapa
dalam peristiwa itu Rasul diperjalankan ke Masjidil Aqsa? Kenapa tidak langsung
saja ke langit? Paling tidak ada beberapa hal hikmahnya, antara lain :
Bahwa
Nabi Muhammad adalah satu-satunya nabi dari golongan Ibrahim as. yang berasal
dari Ismail as., sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq as. Inilah
yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad, karena mereka
melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah,
dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari
keturunannya.
Hikmah
lainnya adalah, bahwa Nai Muhammad berdakwah di Makkah, sedangkan Nabi yang
lain berdakwah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan
menuduh Muhammad saw. sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan
“golongan” Ibrahim dan merupakan sempaaln. Bagi kita sebagai muslim, tidaklah
melihat orang itu dari asal usulnya, tapi dari ajarannya.
Hikmah
berikutnya adalah, Allah dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsa
adalaj akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah
ingin menjadikan tempat ini sebagai “pembangkit” ruhul jihad kaum muslimin.
Kadangkala, kalau tiada lawan itu semangat jihad kaum muslimin “melemah” karena
terlena, dan dengan adanya sengketa tersebut, semangat jihad kaum muslimin
terus terjaga dan terbina.
Berikutnya,
Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada nabi saw.
Pada Al-Quran surat An Najm ayat 12, terdapat kata “Yaro” dalam bahasa Arab
yang artinya “menyaksikan langsung”. Berbeda dengan kata “Syahida”, yang
berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan
sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung, karena pada saat itu
dakwah Nabi sedang pada masa sulit, penuh duka cita. Oleh karena itulah pada
peristiwa tersebut Nabi Muhammad juga dipertemukan dengan nabi-nabi sebelumnya,
agar Muhammad saw. juga bisa melihat bahwa Nabi yang sebelumnya pun mengalami
masa-masa sulit, sehingga Nabi saw. bertambah motivasi dan semangatnya. Hal ini
juga merupakan pelajaran bagi kita yang mengaku sebagai muslim yang memliki
kewajiban mengajarkan Islam, bahwa dalam kesulitan dakwah itu bukan berarti
Allah tidak mendengar.
Perintah Shalat
Pada
Isra’ Mi’raj, Allah memberikan perintah shalat wajib. Dan shalat Subuh adalah
shalat yang pertama kali diperintahkan. Karena peristiwa ISRA’ Mi’raj sendiri
terjadi pada saat malam hari. Subuhnya Rasulullah sudah tiba kembali di tempat
semula. Mungkin ini juga hikmah bagi kita semua, karena shalat Subuh adalah
shalat yang sulit untuk dilaksanakan, di mana pada saat itu banyak manusia yang
masih terlelap dalam tidurnya. Sebelum diperintahkannya shalat wajib 5 waktu
ini, Rasulullah melaksanakan shalat sebagaimana Nabi Ibrahim.
Kita
tidak hanya diperintahkan untuk mengerjakan shalat, tetapi juga menegakkan
shalat. Shalat bukan segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari shalat,
demikian kata seorang ustadz.
Demikianlah
beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Semoga
semakin menambah keimanan kita kepada Allah, kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, para
malaikat-Nya, Hari Akhir, serta Qadha dan Qadar-Nya.
Sumber : Buletin Jum'at ZAKI
Sumber : Buletin Jum'at ZAKI